silakan daftarkan alamat email anda untuk dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan kota pusaka 2015 Direktorat Bina Penataan Bangunan mengucapkan Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70. Mari kerjasama untuk mendapatkan hasil yang baik sebagaimana diharapkan Semoga bermanfaat

Jumat, 04 September 2015

Penataan Fisik Kawasan RK Ilir Tepian Sungai Martapura

A. LATAR BELAKANG

Kota Banjarmasin merupakan kota yang tumbuh berawal dari suatu daerah yang berada pada sekitar aliran sungai, yaitu yang saat ini dikenal dengan Sungai Kuin. Dari sejarah berdirinya Kota Banjarmasin, terlihat bahwa sungai merupakan pusat pertumbuhan, jalur pergerakan dan prasarana transportasi utama pada waktu itu. Kegiatan dan kehidupan masyarakat berorientasi ke sungai, sehingga sungai memiliki peranan dan arti yang sangat penting bagi masyarakat Kota Banjarmasin. Kegiatan dan kehidupan masyarakat yang berorientasi ke sungai sejak dulu inilah menyebabkan munculnya permukiman-permukiman di tepian sungai dan membetuk pola linear mengikuti arah aliran sungai yang  sudah terbentuk sejak lama, yaitu abad ke-18 hingga abad ke-19. Rumah-rumah pada permukiman tepian sungai tersebut dibangun mengapung di atas air maupun didirikan di atas sungai dengan arah hadap rumah ke sungai, bukan daratan.

Kota Banjarmasin pada awalnya merupakan sebuah perkampungan yang bernama "Banjarmasih" yang terletak di bagian utara Muara Kuin. Nama Banjarmasin adalah sebutan orang Dayak Ngaju (Suku Berangas) bagi Suku Melayu yang berada di perkampungan bagian utara muara Sungai Kuin. Kata “Banjar” artinya perkampungan, sedang kata “Masih”  artinya orang Melayu. Sehingga “Banjarmasih” artinya adalah perkampungan orang melayu.
Perkampungan ini tumbuh pesat sejak dijadikan pusat kerajaan oleh Pangeran Samudera pada abad ke 16. Pangeran Samudera adalah raja terpilih yang diusir dari kerajaan Daha di Hulu Sungai Utara. Setelah meminta bantuan dari wilayah lain di Kalimantan dan Kasultanan Demak di Jawa, Pangeran Samudera berhasil menaklukkan kerajaan Daha dan mendirikan kerajaan Banjarmasih dengan menaklukkan dan menguasai Bandar Muara Bahan, yaitu pelabuhan dan pusat perdagangan kerajaan Daha yang terletak di daerah Bakumpai di pinggir sungai Barito. Pada 24 September 1526 Pangeran Samudera masuk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah. Momen ini selanjutnya dianggap dan ditetapkan sebagai hari jadi Kota Banjarmasin. Tahun 1747, VOC-Belanda memperoleh Pulau Tatas (Banjarmasin bagian barat) yang menjadi pusat Banjarmasin.
Kota Banjarmasin memiliki tipologi khas karena dialiri beberapa sungai yang membelah kota. Data dari Pemerintah Kota Banjarmasin tahun 1997 jumlah sungai sebanyak 117 sungai, dan tahun 2002 berkurang menjadi 70 sungai, sedang tahun 2012 jumlahnya menjadi 102 sungai setelah dilakukan normalisasi sungai. Begitu banyaknya sungai yang mengalir di Kota Banjarmasin, sehingga disebut sebagai “Kota Seribu Sungai”. Sejak jaman dahulu keberadaan sungai-sungai tersebut tidak terpisahkan dari kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Banjarmasin. 

B. ISU DAN PERMASALAHAN KAWASAN SIRING MARTAPURA

Aset utama Sungai Martapura adalah pusaka saujana utamanya  Pasar Terapung. Upaya pelestarian yang dilakukan terdapat beberapa kendala dan permasalahan, yaitu:
Kebersihan lingkungan sungai
Aksesibiitas menuju lokasi
Kawasan tepian sungai yang belum tertata dengan baik
Ketersediaan moda angkutan dan akses antarmoda yang belum terakomodir maksimal
Untuk itu penataan Fisik Kawasan diarahkan di daerah tepian terutama di seberang Kantor Walikota yang merupakan kawasan yag sangat strategis dari segi view dan perlunya sarana pendukung kegiatan yang terkait dengan aktivitas atau festival keairan.

C. LINGKUP LOKASI
Lokasi penataan Fisik Kawasan terletak di RK Ilir di seberang Kantor Walikota Banjarmasin. Penataan merupakan peningkatan siring sungai untuk kegiatan publik

D. PROGRES PELAKSANAAN
Pada saat kunjungan kegiatan berlasngsung sekitar 10%. Berikut foto progres di lapangan










Tidak ada komentar:

Posting Komentar